Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat merupakan salah satu penghasil
madu hutan yang potensial untuk dikembangkan. Tak kurang dari 80 hingga
100 ton madu hutan murni diproduksi tiap tahunnya dari kawasan ini.
Di Kapuas Hulu, sedikitnya ada sekitar 60 periau atau kelompok petani madu hutan yang berbasis kampung atau dusun yang wilayahnya tersebar di seluruh Kapuas Hulu, terutama di sepanjang sungai Kapuas dan danau-danau yang berada di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Para periau tersebut tergabung dalam wadah Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS). Asosiasi ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat petani madu hutan, namun tetap memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu produksi, pemasaran, pengorganisasian, dan lingkungan.
Potensi madu itu terungkap dalam lokakarya Madu Hutan Kapuas Hulu 2013 yang digelar di Lanjak, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Senin (9 /12/2013). Acara ini dihadiri perwakilan periau, pemerintah kabupaten Kapuas Hulu, Balai Taman Nasional, LSM, dan pelaku usaha yang tertarik dengan madu hutan di Kapuas Hulu. Kegiatan loka karya ini merupakan rangkaian Festival Danau Sentarum yang akan digelar pada tanggal 12-15 Desember 2013.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu, Alexander Rombonang menyebutkan, madu hutan merupakan salah satu potensi yang harus dioptimalkan, sehingga bisa memperkuat pemasaran, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.
"Sebenarnya kita punya banyak peluang di setiap daerah. Konsep back to nature sudah melanda dunia, jadi segala sesuatunya kembali kepada alam. Untuk mempertahankan potensi yang dimiliki, paling tidak terkait dengan pelesatrian lingkungan dan alam," jelas Alexander, Senin (9/12/2013) dalam sambutannya.
Alexander menambahkan, jika lingkungan rusak, tentu akan sangat berpengaruh terhadap produksi madu karena akan mengurangi populasi lebah madu.
Lebih jauh dia berharap, madu hutan asal Kapuas Hulu bisa menjadi salah satu yang diminati bahkan dicari orang baik di tingkat lokal, nasional, bahkan dunia. "Pengalaman dari tempat lain, bisa menjadi pelajaran di tempat kita. Kemudian teknik pengolahan harus ditingkatkan. Kemasan juga harus ditingkatkan. Perlu dilakukan upaya pengembangan produk pasca-panen," jelasnya.
Di Kapuas Hulu, sedikitnya ada sekitar 60 periau atau kelompok petani madu hutan yang berbasis kampung atau dusun yang wilayahnya tersebar di seluruh Kapuas Hulu, terutama di sepanjang sungai Kapuas dan danau-danau yang berada di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Para periau tersebut tergabung dalam wadah Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS). Asosiasi ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat petani madu hutan, namun tetap memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu produksi, pemasaran, pengorganisasian, dan lingkungan.
Potensi madu itu terungkap dalam lokakarya Madu Hutan Kapuas Hulu 2013 yang digelar di Lanjak, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Senin (9 /12/2013). Acara ini dihadiri perwakilan periau, pemerintah kabupaten Kapuas Hulu, Balai Taman Nasional, LSM, dan pelaku usaha yang tertarik dengan madu hutan di Kapuas Hulu. Kegiatan loka karya ini merupakan rangkaian Festival Danau Sentarum yang akan digelar pada tanggal 12-15 Desember 2013.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu, Alexander Rombonang menyebutkan, madu hutan merupakan salah satu potensi yang harus dioptimalkan, sehingga bisa memperkuat pemasaran, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.
"Sebenarnya kita punya banyak peluang di setiap daerah. Konsep back to nature sudah melanda dunia, jadi segala sesuatunya kembali kepada alam. Untuk mempertahankan potensi yang dimiliki, paling tidak terkait dengan pelesatrian lingkungan dan alam," jelas Alexander, Senin (9/12/2013) dalam sambutannya.
Alexander menambahkan, jika lingkungan rusak, tentu akan sangat berpengaruh terhadap produksi madu karena akan mengurangi populasi lebah madu.
Lebih jauh dia berharap, madu hutan asal Kapuas Hulu bisa menjadi salah satu yang diminati bahkan dicari orang baik di tingkat lokal, nasional, bahkan dunia. "Pengalaman dari tempat lain, bisa menjadi pelajaran di tempat kita. Kemudian teknik pengolahan harus ditingkatkan. Kemasan juga harus ditingkatkan. Perlu dilakukan upaya pengembangan produk pasca-panen," jelasnya.
Sumber : http://regional.kompas.com
Komentar
Posting Komentar